Seminggu setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, umat muslim akan kembali menemui sajian khas Lebaran di tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat. Syawalan, kupatan, atau bodho (bakdo) syawal, bodho kupat, merupakan tradisi di kalangan masyarakat Jawa setelah berlebaran (hari raya Idul Fitri). Bukan hanya yang bermukim di pulau Jawa saja yang masih mengikut tradisi ini, masyarakat asal Jawa yang tinggal di pulau lain ada juga yang masih memertahankan tradisi syawalan tersebut.
Di sebut syawalan karena pelaksanaannya pada bulan syawal, dan ini ada hanya setelah lebaran (Idul Fitri), bahkan sebagian orang menyebut bodho (bakdo) syawal. Sedangkan disebut kupatan karena kebanyakan orang saat syawalan membuat kupat, bahkan ada doa bersama diantara warga dengan masing-masing membawa kupat, dan setelah doa selesai terjadilah tukar-menukar kupat. Ada pula yang membuat acara berebut kupat.
Orang Jawa menyebut Hari Raya dengan Bakdo atau Bodho kemudian Idul Fitri disebutnya Lebaran. Namun dengan mengatakan Bakdo atau Bodho sudah identik dengan Lebaran atau lebih lengkapnya Bakdo (bodho) Lebaran. Setelah Lebaran ada Syawalan, lebih lengkap istilah tersebut setelah ada Bakdo atau Bodho Lebaran ada Bakdo atau Bodho Syawal. Bakdo merupakan bahasa dari istilah Bodho yang lebih halus, seperti kata Dhahar dibanding dengan kata Mangan yang maknanya makan.
Bakda Syawal (Syawalan) dilakukan 7 hari setelah Bakda Lebaran (Idul Fitri). Biasanya disajikan Kupat atau Ketupat dan Lepet. Dibeberapa tempat syawalan juga identik dengan apem, dan karena apem inilah kemudian ada yang menyelenggarakan grebeg syawal dengan pesta apem, yakni dengan berebut apem.
Apem sendiri adalah makanan yang terbuat dari adonan tepung (terigu, beras) diberi bahan pengembang, kadang ada yang memberi tambahan rasa pengharum atau vanili, kemudian di kukus atau dipanggang dengan alat penanak apem. Bentuk apem biasanya bulat, dan ada yang menyebutnya pancake.
Saat syawalan atau kupatan disamping ada kupat kebanyakan warga masyarakat juga membuat lepet. Terkadang membuat atau menyajikan kupat dan lepet tanpa apem, atau ketiganya.
Bukan saja kupat, lepet, dan apem saja, acara syawalan dibeberapa tempat juga disajikan aneka buah-buahan dan makanan lainnya, sebut saja di Klaten, acara syawalan sangat meriah karena ribuan orang akan berebut ribuan ketupat yang disusun dalam gunungan yang sebelumnya diarak keliling kampung.
Ribuan ketupan tentu disusun menjadi puluhan gunungan, yang bersamaan itu juga disediakan gunungan yang berisi aneka buah dan sayur mayur. Setelah berebut kupat, ada yang disantap di tempat dan ada pula yang dibawa pulang. Meskipun ada yang merayakan kupatan (bodho kupat), namun biasanya sudah ada yang membuat kupat saat lebaran, termasuk Kissparry (Semarang) juga sudah menyajikan kupat dan lontong saat lebaran.
Kupat atau lontong di makan bersama sayur opor atau sambal goreng, terasa nikmat sekali, boleh dicampur keduanya. Apem juga demikian ada sebagian warga yang membuat apem saat lebaran. Lain lagi ketika syawalan di Pekalongan, Kudus, Demak, dan lain-lain. Di daerah kami Kendal khususnya Kaliwungu Kendal beda lagi, tradisi syawalan lebih meriah lagi karena disana hadir pasar tiban siang dan malam. Dijual aneka jajanan, makanan, pakaian, bahkan ada permainan seperti komedi putar, tong setan, dan lain-lain.
Share :